Belajar percakapan bahasa komering.

![]() |
Tradisi pernikahan suku Komering. |
Assalamualaikum wr.wb.
Api kabar KOLPA PUWARI?.
Terima kasih kok singgah di blog PUTRA KUMORING.
Tabik pun.sikandua ga nyuba cuba ambahas salah satu tradisi kita KUMORING.
Yakni tradisi SIBAMBANGAN.
Sebelumnya na sikandua kilu maaf di PIWARI sekalian,sekira na wat sai salah atau kurang satu hal dalam penyajian rik penyampaian.
Sikandua kilu patunjuk jak KOLPAH PIWARI sekalian.
Oke.langsung saja kita pada pokok pembahasan.
Apa itu sebambangan
Pernikahan adalah suatu tradisi yang sakral sebagai gerbang bagiseorang laki-laki dan perempuan dalam memasuki jenjang berumah tangga. Sebuah proses pernikahan tentunya tidak dapat dilepaskan dari adat tradisi suatu daerah ataupun suku.
Salah satu tradisi budaya pernikahan pada suku Komering yaitu adanya tradisi sibambangan.
Sebambangan, adalah salah satu adat budaya yang ada di suku Komering. Sebambangan atau kawin lari merupakan tradisi pra nikah yang menjadi kemauan dari gadis (morli) dan bujang (meranai) itu sendiri.
Meskipun sebagian suku lain memandang miring tentang tradisi ini.
Tapi dalam suku Komering dan Lampung, sibambangan adalah hal yang tidak menyalahi aturan adat.
Karena hal ini adalah sebuah tradisi asli dari masyarakat Komering yang diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun.
Mengapa sebambangan bisa terjadi?.
Adanya tradisi Bambangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya karena motif ekonomi, yaitu jika seorang pemuda yang merasa tidak mampu untuk memenuhi biaya adat pernikahan yang diminta oleh pihak perempuan.
Karena takut bila tidak mendapatkan restu dari orang tua dan keluarga dan terdapat keinginan untuk mengikuti adat yang ada, maka terjadilah perkawinan Sebambangan atau Larian ini.
Tata cara sebambangan
Dalam tradisi bambangan ini baik antara suku Komering dan suku Lampung terdapat banyak persamaan.
Ketika Morli Meranai memilih Sebambangan sebagai pilihan dalam menempuh pernikahanya,maka mereka akan meninggalkan surat atau uang sepeninggalan. Ketika sampai dirumah Meranai (calon suami),sang gadis ( morli) mencuci kakinya dengan air kembang 7 macam. Selanjutnya Wakil pihak meranai mengunjungi keluarga Morli untuk mengakui salah atau kasalahan dan setelah satu atau 2 hari dari pihak meranai mengantar perdamaian, biasanya berisi beras, gula, kelapa dan dilanjutkan dengan musyawarah untuk membahas waktu pernikahan keduanya.
Tradisi sebombangan ini sampai sekarang masih eksis berlangsung di masyarakat.
Bahkan saat ini bukan hanya masyarakat Komering saja tetapi masyarakat pendatang pun sudah banyak yang melakukan tradisi ini.
Mungkin mungkin itu saja pembaca yang mengenai masalah tradisi sebambangan.
Jika ada yang keliru mohon kiranya untuk memberikan pencerahan kepada kami.
Tarima kasih pun.
Komentar
Posting Komentar