Belajar percakapan bahasa komering.

Sebagai salah satu suku yang mempunyai warisan budaya yang tinggi, suku Komering mempunyai satu tradisi sebagai sarana berkenalan antara pemuda (meranai) dan pemudi (morli) yaitu Ningkuk.
Menurut penelitian
Sudawan Supriadi dan Sunarti yang dilaksanakan di Kecamatan
Buay Madang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur pada Februari 2017.
Menurut keduanya,bahwa Tradisi Ningkuk telah dimulai sejak sekitar tahun 1926.
Apa sih Ningkuk itu?.
Ningkuk sebuah tradisi bertemunya bujang dan gadis (mouli,meranai) untuk saling mengenal.tradisi ningkuk ini di kenal luas di wilayah provinsi Sumatera Selatan dan Lampung.
Tradisi ningkuk begitu populer antara tahun 80 sampai tahun 90 an.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan sehari atau dua hari menjelang acara akad nikah berlangsung.
Pada saat acara Ningkuk
berlangsung, diadakan berbagai permainan yaitu putar selendang, putar
piring/gelas, pecah balon dan lain sejenisnya.
Jadi ketika selendang
diputar diiringi dengan musik ketika musik dimatikan, selendang atau
putar piring/gelas itu berada salah satu bujang atau gadis maka bujang
atau gadis tersebut mendapatkan semacam hukuman seperti
berjoget atau menyanyikan lagu-lagu komering ataupun lagu yang lain sesuai dengan
hukuman yang telah dibuat oleh panitia Ningkuk -an. Tradisi ini biasa nya juga diisi dengan pantun bersambut dan permainan-permainan
yang sangat menarik serta tidak melanggar norma-norma yang ada.
Tradisi Ningkuk hingga saat ini masih sering selenggarakan, tetapi kini hanya dapat dijumpai di daerah
Petiuhan (pedesaan ) saja seperti di daerah Gunung batu,Suka negeri, Betung,Minanga hingga kota negara, sedangkan untuk daerah perkotaan Seperti di daerah Gumawang, Martapura dan sekitarnya tradisi ini semakin hilang serta jarang di jumpai.
Banyak faktor penyebab yang membuat tradisi ini mulai pudar diantaranya: kurang nya minat generasi muda sekarang,mereka lebih tertarik dengan gatget atau orgen tunggal.
Selain itu pemuda pemudi masyarakat Komering
banyak yang mencari kerja atau merantau ke kota-kota lain, jadi ketika
ada acara pernikahan sedikit sekali morli dan meranai yang hadir sehingga kurang mendukung terlaksananya tradisi Ningkuk ini
Sungguh disayangkan jika tradisi yang baik ini harus musnah digerus kemajuan zaman, karena terdapat banyak nilai
pendidikan dan nilai budaya yang didapat dari sebuah tradisi Ningkuk Seperti : rasa kepedulian, solidaritas, rasa tanggung jawab,
Karena itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggungjawab kita semua untuk senantiasa melestarikan tradisi ningkuk sebagai warisan nenek moyang.
Jangan sampai menjadi punah karena tergerus zaman dan hanya menjadi cerita bagi anak cucu kita.
Amon mak kita,sapa lagi
Amon mak ganta,kapan lagi.
Komentar
Posting Komentar